Orang hidup tidak dapat lepas dari sumber daya alam, yaitu tanah, air, udara, dan mineral. Pada dasarnya kualitas sumber daya alam tersebut bersih, tanpa kontaminan. Namun demikian, manusia juga tidak terlepas dari bencana alam yang mampu menghasilkan kontaminan yang dapat berperan sebagai racun dan berdampak negatif pada manusia dan lingkungan hidup. Setiap hari jumlah manusia selalu bertambah sehingga semakin bervariasi pula tuntutan hidupnya. Dalam usaha untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut, dengan didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diciptakanlah berbagai macam industri dengan berbagai jenis produk. Apa yang terjadi kemudian ialah hasil samping kegiatan industri dalam bentuk sampah dan limbah sebagai kontaminan dan dapat berfungsi sebagai racun. Racun atau toksin merupakan parameter lingkungan hidup yang tidak dikehendaki dan selalu dihindari demi menjaga kondisi kesehatan tubuh manusia agar dapat hidup sehat, produktif, berdaya guna, dan berhasil guna. Pada kenyataannya, sebagai akibat munculnya berbagai macam industri, ikut muncul berbagai macam racun, dan manusia tidak selalu dapat membebaskan dirinya dari dampak negatif berbagai macam racun yang ada di sekeliling lingkungan hidupnya. Semua jenis makanan dan kontaminan bukanlah racun, tetapi dapat juga berfungsi sebagai racun. Berubahnya menjadi racun tergantung pada kuantitasnya dalam media hidup dan kemampuan tubuh manusia untuk menoleransinya. Racun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan/minuman, pernapasan, ataupun kontak langsung dengan bagian tubuh manusia. Buku dengan judul Geotoksikologi ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan baku mutu, pestisida, pengaruh bencana geologi, dan beberapa logam berat, antara lain logam timbal (Pb), merkuri (Hg), tembaga (Cu), cadmium (Cd), arsen (As), dan chromium (Cr). Sebagai bahan pembelajaran masyarakat, pada buku ini disertakan pula berbagai macam keracunan yang pernah terjadi dalam bentuk studi kasus sebagai bahan peringatan agar siap dan cermat dalam menghadapi “tamu yang tidak pernah diundang, tetapi dapat datang tanpa permisi setiap saat”.